Mukjizat artinya sesuatu yang luar biasa yang bertentangan dengan adat, atau keluar dari batas-batas faktor yang telah diketahui. Manusia tidak kuasa membuatnya karena hal ini adalah diluar kesanggupannya. Mukjizat diberikan kepada nabi-nabi untuk menguatkan kenabian dan kerasulannya dan meyakinkan bahwa agama yang dibawanya bukan dibuat sendiri, melainkan benar-benar dari Allah. Maksud bahwa Al-Qur’an sebagai mukjizat adalah menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah haq.
Sifat kemukjizatan itu tidak bisa dibuktikan kecuali apabila tiga faktor telah dipenuhi, yaitu :
1.Adanya tantangan (ajakan bertanding atau berlomba)
Dalam sejarah, Al-qur’an telah menantang orang-orang Arab (khususnya) dan semua manusia umumnya, karena Al-qur’an yang besar ini dibawa oleh seorang nabi yang ummi, yang tidak bisa membaca dan menulis, tidak pernah belajar atau mendapat ilmu dari sekolah atau seorang ulama yang pandai dan menonjol dalam berbagai segi kebudayaan dan pengetahuan. Ia datang dengan membawa kitab yang agung dengan maksud menandingi kaum jahiliah pada waktu itu sekalipun mereka adalah pemimpin-pemimpin sastrawan, Nabi Muhammad mengajak mereka umtuk menandingi Al-Qur’an dengan susunan kalimat yang kuat dan gaya bahasa yang mempesona yang bisa menggetarkan semangat serta mendorong untuk ikut berlomba.
Al-Qur’an mempersilahkan mereka untuk bertanding dengan membuat sepuluh surat yang sama, kemudian dengan satu surat saja, namun mereka bungkam tidak bisa bicara satu pun. Karena itu Al-Qur’an mencatat satu kemenangan dengan mengalahkan mereka dan tetap tegaklah Al-qur’an sebagai mukjizat Muhammad yang diturunkan dari Allah.
Macam-macam ajakan bertanding yang terdapat dalam Al-Qur’anul Karim ada dua macam, yaitu :
a.Ajakan bertanding secara umum.
Ajakan ini disediakan untuk semua golongan seperti yang didengungkan ayat ini : “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Q.S. Al Israa: 88)
b. Ajakan bertanding secara khusus.
Ajakan bertanding khusus ini ada dua macam :
- Yang bersifat kully (keseluruhan), yaitu ajakan bertanding dengan seluruh Al-Qur’an mengenai hukum-hukumnya, keindahanya, balaghohnya dan kejelasannya.
- Yang bersifat juz’i (bagian), yaitu ajakan bertanding dengan semisal satu surat Al-Qur’an, walaupun dari surat yang pendek seperti surat Al-Kautsar.
2. Dorongan menangkis tantangan
Faktor kedua, yaitu adanya pendorong untuk bertanding di kalangan orang-orang Arab, karena Nabi saw, datang kepada mereka dengan membawa agama baru yang dapat menghancurkan agama mereka, menganggap bodoh pikirannya, menundukan tuhan dan patung-patungnya serta menjadikan mereka bahan tertawaan diantara manusia.
Al-Qur’an mengajak mereka mengikutinya dan meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dalam Al-Qur’an mereka disuruh oleh Rasul untuk mendatangkan yang semisal Al-Qur’an agar ketika melihat keindahan dan kerapiannya, serta ketegasan dalam berbahasa, hal itu lebih berguna bagi mereka, daripada perang yang mereka rasakan akibatnya, dan mereka alami pahit getirnya sehingga mereka menelan lebih baik memilih tusukan tombak dan lemparan panah daripada ikut perlombaan.
Qadhi Al-Bakilani Rahimahullah berkata: “Bagaimana mungkin mereka bisa menandingi Al-Qur’an dengan mudah, padahal itu akan menghancurkan hujjah Al- Qur’an dan merusak dalillnya serta kedudukannya ? Mereka akan berpaling kepada hal-hal yang biasa mereka kerjakan yang tidak menambah perselisihan dan permusuhan, serta meninggalkan urusan yang remeh. Ini adalah hal yang sulit terjadi dalam adat dan tidak bisa disepakati oleh orang-orang berakal."
3. Hilangnya segala rintangan
Tidak adanya hal yang melarang mereka untuk menandingi Al-Qur’an, karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasa mereka, lafazhnya dari huruf-huruf Arab, dan redaksinya memakai uslub orang Arab.
Mereka adalah ahli bahasa dan berdialek dengan jelas, mereka adalah tokoh-tokoh sastra, syair-syairnya telah menunjukan kehebatannya serta pidato-pidatonya dan kata-kata mutiaranya telah mengatakan kepandaian mereka dalam hal itu, disamping mereka telah melewati tingkatan keunggulan dalam bentuk bacaan tegas dan ucapan jelas. Dalam keadaan demikian itu Al-Qur’an menganjurkan mereka untuk meminta pertolongan kepada siapa yang mereka sukai, menyempurnakan kekurangan-kekurangannya kepada ahli-ahli agama, menampilkan beratus ahli sihir dan tukang tenung dan siapa saja yang bisa mereka andalkan dari manusia atau jin, tidak ada halangan bagi mereka sama sekali. Nabi sendiri tidak membatasi forum perdebatan. Masa untuk menentangnya tidak dibatasi, sampai diantara mereka ada yang berkata: "Bahwasanya waktu tidak mencukupi dan tidak ada kelonggaran". Sebagaimana kita ketahui, Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, kenapa mereka beralasan demikian padahal Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa dua puluh tiga tahun, diantara sekumpulan ayat dan yang lainnya masih ada waktu yang luas untuk menentang dan mendatangkan suatu contoh semisal Al-Qur’an andaikata mereka sendiri mampu. Kalau mereka tidak mampu berarti menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan dari Rabbul Ibad (Allah). Kiranya cukuplah sebagai alasan dan argumentasi.
Bagi kita, bangsa Indonesia pada umumnya tidak mengetahui dan mendalami bahasa Arab, amat sulit untuk menemukan dimana letak izaznya Al-Qur’an, karena mengetahui ketinggian mutu suatu susunan kata-kata tidak akan dapat dipahami kalau kita tidak merasakan keindahan bahasa itu sendiri. Oleh sebab itu cukuplah kalau diketahui bagaimana pengaruh Al-Qur’an terhadap sastrawan-sastrawan penantang Islam dan reaksi mereka terhadap tantangan Al-Qur’an sendiri, karena pengakuan musuh Islam adalah bukti yang nyata atas kebenaran I’jaznya kitab suci Al-Qur’an ini.
Disamping Al-Qur’an ditinjau dari segi bahasa, Al-Qur’an dari segi isinya pun mengandung mukjizat pula, diantaranya :
a. Di dalam Al-Qur’an terdapat berita-berita dan janji-janji mengenai masa yang akan datang, dimana hal itu merupakan hal yang diluar kemampuan manusia untuk mengetahuinya. Adapun ramalan tukang tenung mengenai masa depan hanyalah ramalan yang tidak dapat dijamin kebenarannya. Tetapi semua berita dan janji yang tersebut pada Al-Qur’an adalah benar dan kerap kali menjadi kenyataan.
b. Di dalam Al-Qur’an terdapat pula fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manusia di tanah Arab pada waktu itu, tetapi fakta-fakta tersebut dijelaskan dengan tepat dan sekarang dibuktikan kebenarannya.
Melalui uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat yang meliputi segi bahasa dan segi isi, yang mana mukjizat ini akan kekal sepanjang masa karena ia telah dijamin dan dipelihara oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Sifat kemukjizatan itu tidak bisa dibuktikan kecuali apabila tiga faktor telah dipenuhi, yaitu :
1.Adanya tantangan (ajakan bertanding atau berlomba)
Dalam sejarah, Al-qur’an telah menantang orang-orang Arab (khususnya) dan semua manusia umumnya, karena Al-qur’an yang besar ini dibawa oleh seorang nabi yang ummi, yang tidak bisa membaca dan menulis, tidak pernah belajar atau mendapat ilmu dari sekolah atau seorang ulama yang pandai dan menonjol dalam berbagai segi kebudayaan dan pengetahuan. Ia datang dengan membawa kitab yang agung dengan maksud menandingi kaum jahiliah pada waktu itu sekalipun mereka adalah pemimpin-pemimpin sastrawan, Nabi Muhammad mengajak mereka umtuk menandingi Al-Qur’an dengan susunan kalimat yang kuat dan gaya bahasa yang mempesona yang bisa menggetarkan semangat serta mendorong untuk ikut berlomba.
Al-Qur’an mempersilahkan mereka untuk bertanding dengan membuat sepuluh surat yang sama, kemudian dengan satu surat saja, namun mereka bungkam tidak bisa bicara satu pun. Karena itu Al-Qur’an mencatat satu kemenangan dengan mengalahkan mereka dan tetap tegaklah Al-qur’an sebagai mukjizat Muhammad yang diturunkan dari Allah.
Macam-macam ajakan bertanding yang terdapat dalam Al-Qur’anul Karim ada dua macam, yaitu :
a.Ajakan bertanding secara umum.
Ajakan ini disediakan untuk semua golongan seperti yang didengungkan ayat ini : “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Q.S. Al Israa: 88)
b. Ajakan bertanding secara khusus.
Ajakan bertanding khusus ini ada dua macam :
- Yang bersifat kully (keseluruhan), yaitu ajakan bertanding dengan seluruh Al-Qur’an mengenai hukum-hukumnya, keindahanya, balaghohnya dan kejelasannya.
- Yang bersifat juz’i (bagian), yaitu ajakan bertanding dengan semisal satu surat Al-Qur’an, walaupun dari surat yang pendek seperti surat Al-Kautsar.
2. Dorongan menangkis tantangan
Faktor kedua, yaitu adanya pendorong untuk bertanding di kalangan orang-orang Arab, karena Nabi saw, datang kepada mereka dengan membawa agama baru yang dapat menghancurkan agama mereka, menganggap bodoh pikirannya, menundukan tuhan dan patung-patungnya serta menjadikan mereka bahan tertawaan diantara manusia.
Al-Qur’an mengajak mereka mengikutinya dan meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dalam Al-Qur’an mereka disuruh oleh Rasul untuk mendatangkan yang semisal Al-Qur’an agar ketika melihat keindahan dan kerapiannya, serta ketegasan dalam berbahasa, hal itu lebih berguna bagi mereka, daripada perang yang mereka rasakan akibatnya, dan mereka alami pahit getirnya sehingga mereka menelan lebih baik memilih tusukan tombak dan lemparan panah daripada ikut perlombaan.
Qadhi Al-Bakilani Rahimahullah berkata: “Bagaimana mungkin mereka bisa menandingi Al-Qur’an dengan mudah, padahal itu akan menghancurkan hujjah Al- Qur’an dan merusak dalillnya serta kedudukannya ? Mereka akan berpaling kepada hal-hal yang biasa mereka kerjakan yang tidak menambah perselisihan dan permusuhan, serta meninggalkan urusan yang remeh. Ini adalah hal yang sulit terjadi dalam adat dan tidak bisa disepakati oleh orang-orang berakal."
3. Hilangnya segala rintangan
Tidak adanya hal yang melarang mereka untuk menandingi Al-Qur’an, karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasa mereka, lafazhnya dari huruf-huruf Arab, dan redaksinya memakai uslub orang Arab.
Mereka adalah ahli bahasa dan berdialek dengan jelas, mereka adalah tokoh-tokoh sastra, syair-syairnya telah menunjukan kehebatannya serta pidato-pidatonya dan kata-kata mutiaranya telah mengatakan kepandaian mereka dalam hal itu, disamping mereka telah melewati tingkatan keunggulan dalam bentuk bacaan tegas dan ucapan jelas. Dalam keadaan demikian itu Al-Qur’an menganjurkan mereka untuk meminta pertolongan kepada siapa yang mereka sukai, menyempurnakan kekurangan-kekurangannya kepada ahli-ahli agama, menampilkan beratus ahli sihir dan tukang tenung dan siapa saja yang bisa mereka andalkan dari manusia atau jin, tidak ada halangan bagi mereka sama sekali. Nabi sendiri tidak membatasi forum perdebatan. Masa untuk menentangnya tidak dibatasi, sampai diantara mereka ada yang berkata: "Bahwasanya waktu tidak mencukupi dan tidak ada kelonggaran". Sebagaimana kita ketahui, Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, kenapa mereka beralasan demikian padahal Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa dua puluh tiga tahun, diantara sekumpulan ayat dan yang lainnya masih ada waktu yang luas untuk menentang dan mendatangkan suatu contoh semisal Al-Qur’an andaikata mereka sendiri mampu. Kalau mereka tidak mampu berarti menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan dari Rabbul Ibad (Allah). Kiranya cukuplah sebagai alasan dan argumentasi.
Bagi kita, bangsa Indonesia pada umumnya tidak mengetahui dan mendalami bahasa Arab, amat sulit untuk menemukan dimana letak izaznya Al-Qur’an, karena mengetahui ketinggian mutu suatu susunan kata-kata tidak akan dapat dipahami kalau kita tidak merasakan keindahan bahasa itu sendiri. Oleh sebab itu cukuplah kalau diketahui bagaimana pengaruh Al-Qur’an terhadap sastrawan-sastrawan penantang Islam dan reaksi mereka terhadap tantangan Al-Qur’an sendiri, karena pengakuan musuh Islam adalah bukti yang nyata atas kebenaran I’jaznya kitab suci Al-Qur’an ini.
Disamping Al-Qur’an ditinjau dari segi bahasa, Al-Qur’an dari segi isinya pun mengandung mukjizat pula, diantaranya :
a. Di dalam Al-Qur’an terdapat berita-berita dan janji-janji mengenai masa yang akan datang, dimana hal itu merupakan hal yang diluar kemampuan manusia untuk mengetahuinya. Adapun ramalan tukang tenung mengenai masa depan hanyalah ramalan yang tidak dapat dijamin kebenarannya. Tetapi semua berita dan janji yang tersebut pada Al-Qur’an adalah benar dan kerap kali menjadi kenyataan.
b. Di dalam Al-Qur’an terdapat pula fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manusia di tanah Arab pada waktu itu, tetapi fakta-fakta tersebut dijelaskan dengan tepat dan sekarang dibuktikan kebenarannya.
Melalui uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat yang meliputi segi bahasa dan segi isi, yang mana mukjizat ini akan kekal sepanjang masa karena ia telah dijamin dan dipelihara oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Nice Posting ^^
BalasHapusthanks yah udah sharing ;)