Sudah begitu lama tidak posting, postingan akhir-akhir ini selalu berkaitan dengan otomotif terus. Coba posting yang lain aja deh. Kali ini saya mencoba membahas tentang fenomena Ojek Online (Gojek, Grab, dll). Tapi saya mencoba akan membahas salah satunya yaitu Gojek, bahasan yang akan saya bahas bukan dari sisi customer atau penumpang yang akan saya bahas, tapi dari sisi pengemudi (driver).
Mungkin sudah banyak yang review tentang Gojek. Ada beberapa pertanyaan dari penumpang yang sering kali ditanyakan.
1. Driver Go-Jek jarang bahkan tidak mau mengambil order penumpang di atas 15-25 km
Jarak terjauh para driver Go-Jek dalam mengantar para konsumennya yakni 25 km. Terkadang selagi order, para penumpang selalu kesulitan untuk mendapat driver Go-Jek yang ingin mengantar ketempat tujuan yang diinginkannya. Alasan menolak penumpang yang ingin memakai jasanya untuk berpergian jauh, di akibatkan dengan tarif yang diberikan oleh manajemen Gojek kepada para drivernya terus menurun, sehingga driver menolak mengambil jarak yang jauh. Mereka lebih berpikir, lebih baik mengambil jarak 0-6 km saja, alasan yang mereka anggap cukup logis. Karena perlu diketahui, manajemen Gojek tercatat telah beberapa kali menurunkan komisi para driver. Dengan alasan untuk kesinambungan perusahaan. Sehinggga cukup membuat resah para driver. Apakah keuangan di GoJek sudah menipis? Sehingga komisi para driver terus menurun.
2. Lama menunggu jika ingin order Go-Jek
Para pengguna layanan jasa Go-Jek terkadang sulit bahkan perlu menunggu puluhan menit jika ingin mendapatkan driver yang ingin mengantar mereka ke tempat tujuan. Padahal, banyak dari driver Go-Jek yang mangkal disekitar perkantoran di Jakarta seperti kawasan Senayan City. Apalagi saat prime time. Mungkin alasan yang banyak di pakai oleh driver adalah, macet dan jaraknya cukup jauh.
3. Keuangan yang tidak transparan
Banyak driver yang mengeluhkan tentang cicilan yang tidak transparan yang diberikan manajemen kepada drivernya. Dari cicilan handphone, jaket, dan Helm.
Di mulai dari handphone
Pada poin tersebut diatas tertulis bahwa HP dicicil selama 25 minggu dengan potongan setiap minggunya adalah Rp.20.000 Namun pada kenyataannya sekarang, pemotongan diakukan setiap hari dengan jumlah potongan per hari Rp.8000 jika dikalkulasikan selama 5 hari kerja sebesar Rp. 40.000. Cicilan pun berbeda-beda tergantung jenis handphone nya. Dan itu pun ketika sewaktu training, cicilan dikenakan selama 98x cicilan. Tetapi kenyataannya, banyak yang melebihi dari 98x cicilan tersebut. Dan apabila driver resign, maka handphone harus di kembalikan.
Jaket dan Helm
Kemudian untuk jaket tertulis bahwa Jaket dan Helm merupakan barang yang di pinjamkan oleh perusahaan kepada driver, apabila hilang atau rusak maka driver menggantinya. Namun sekarang ini Gojek sepertinya melanggar perjanjian sendiri dengan memberlakukan cicilan terhadap Helm dan Jaket Gojek. Besaran cicilan kalau tidak salah Rp.9000 per minggu nya. dan apabila resign dari Gojek Jaket dan Helm ini harus dikembalikan meskipun para driver sudah mencicilnya. Sangat bertentangan dengan yang tercantum.
4. Bukanlah "Karya Anak Bangsa" lagi
Gojek sejak kemunculan pertama kalinya, selalu menggembor-gemborkan tagline "Karya Anak Bangsa". Akan tetapi sekarang tagline itu sudah tidak berlaku lagi. Karena baru-baru ini, Gojek merekrut programer programer dari Bollywood. Di dasari aplikasi yang sering error, Gojek malah merekrut dari India. Apakah tidak ada ada programmer yang terbaik di Indonesia ? Terkesan Gojek meremehkan, sehingga programmer India lebih baik dari negeri sendiri. "Banyak programer kita yang ingin bergabung ke Go-Jek karena ingin belajar dari programer India yang kami rekrut," kata Nadiem.
Mungkin itu sedikit permasalahan yang ada, sebenarnya masih banyak permasalahan yang bisa dijabarkan. Mungkin pada artikel selanjutnya. Semoga Gojek bisa berbenah lagi. Dengan mensejahterakan para driver, manajemen, dan konsumen. Kalau seperti ini terus, bukanlah tidak mungkin Gojek akan seperti bom waktu.
Mungkin sudah banyak yang review tentang Gojek. Ada beberapa pertanyaan dari penumpang yang sering kali ditanyakan.
1. Driver Go-Jek jarang bahkan tidak mau mengambil order penumpang di atas 15-25 km
Jarak terjauh para driver Go-Jek dalam mengantar para konsumennya yakni 25 km. Terkadang selagi order, para penumpang selalu kesulitan untuk mendapat driver Go-Jek yang ingin mengantar ketempat tujuan yang diinginkannya. Alasan menolak penumpang yang ingin memakai jasanya untuk berpergian jauh, di akibatkan dengan tarif yang diberikan oleh manajemen Gojek kepada para drivernya terus menurun, sehingga driver menolak mengambil jarak yang jauh. Mereka lebih berpikir, lebih baik mengambil jarak 0-6 km saja, alasan yang mereka anggap cukup logis. Karena perlu diketahui, manajemen Gojek tercatat telah beberapa kali menurunkan komisi para driver. Dengan alasan untuk kesinambungan perusahaan. Sehinggga cukup membuat resah para driver. Apakah keuangan di GoJek sudah menipis? Sehingga komisi para driver terus menurun.
2. Lama menunggu jika ingin order Go-Jek
Para pengguna layanan jasa Go-Jek terkadang sulit bahkan perlu menunggu puluhan menit jika ingin mendapatkan driver yang ingin mengantar mereka ke tempat tujuan. Padahal, banyak dari driver Go-Jek yang mangkal disekitar perkantoran di Jakarta seperti kawasan Senayan City. Apalagi saat prime time. Mungkin alasan yang banyak di pakai oleh driver adalah, macet dan jaraknya cukup jauh.
3. Keuangan yang tidak transparan
Banyak driver yang mengeluhkan tentang cicilan yang tidak transparan yang diberikan manajemen kepada drivernya. Dari cicilan handphone, jaket, dan Helm.
Di mulai dari handphone
Pada poin tersebut diatas tertulis bahwa HP dicicil selama 25 minggu dengan potongan setiap minggunya adalah Rp.20.000 Namun pada kenyataannya sekarang, pemotongan diakukan setiap hari dengan jumlah potongan per hari Rp.8000 jika dikalkulasikan selama 5 hari kerja sebesar Rp. 40.000. Cicilan pun berbeda-beda tergantung jenis handphone nya. Dan itu pun ketika sewaktu training, cicilan dikenakan selama 98x cicilan. Tetapi kenyataannya, banyak yang melebihi dari 98x cicilan tersebut. Dan apabila driver resign, maka handphone harus di kembalikan.
Jaket dan Helm
Kemudian untuk jaket tertulis bahwa Jaket dan Helm merupakan barang yang di pinjamkan oleh perusahaan kepada driver, apabila hilang atau rusak maka driver menggantinya. Namun sekarang ini Gojek sepertinya melanggar perjanjian sendiri dengan memberlakukan cicilan terhadap Helm dan Jaket Gojek. Besaran cicilan kalau tidak salah Rp.9000 per minggu nya. dan apabila resign dari Gojek Jaket dan Helm ini harus dikembalikan meskipun para driver sudah mencicilnya. Sangat bertentangan dengan yang tercantum.
4. Bukanlah "Karya Anak Bangsa" lagi
Gojek sejak kemunculan pertama kalinya, selalu menggembor-gemborkan tagline "Karya Anak Bangsa". Akan tetapi sekarang tagline itu sudah tidak berlaku lagi. Karena baru-baru ini, Gojek merekrut programer programer dari Bollywood. Di dasari aplikasi yang sering error, Gojek malah merekrut dari India. Apakah tidak ada ada programmer yang terbaik di Indonesia ? Terkesan Gojek meremehkan, sehingga programmer India lebih baik dari negeri sendiri. "Banyak programer kita yang ingin bergabung ke Go-Jek karena ingin belajar dari programer India yang kami rekrut," kata Nadiem.
Mungkin itu sedikit permasalahan yang ada, sebenarnya masih banyak permasalahan yang bisa dijabarkan. Mungkin pada artikel selanjutnya. Semoga Gojek bisa berbenah lagi. Dengan mensejahterakan para driver, manajemen, dan konsumen. Kalau seperti ini terus, bukanlah tidak mungkin Gojek akan seperti bom waktu.